Tuesday

100 Tahun Setelah Aku Mati #35 - Tatap Muka

saya termenung di depan teras rumah, jam sudah mennunjukan pukul 4 sore,ahh pasti tidak lama lagi risa akan datang,
rasa deg degan langsung menyeruak di dada, apa yang akan saya katakan nanti? yang jelas nerves dan marah adalah perasaan yang bercampur sekarang,
saya ingin langsung to the point saja dan mengakhiri semua ini ketika bertemu denganya,tidakk... apakah senaif itu saya? seolah begitu mudah mengakhiri ini semua,
saya tidak mungkin mengatakan hal itu tanpa mendengar langsung penjelasan risa, tapi bukankah saya sudah melihat semuanya??
haahhhhh.....
sepertinya pikiranku dibagi menjadi 2 bagian,antara pro dan kontra,
atau mungkin bukan pikiranku yang dibagi 2 melainkan sisi pro yang timbul adalah dari hatiku yang sangat percaya dengan risa, sedangkan sisi kontra dari otaku yang mengandalkan logika setelah melihat realita yang terjadi,
saya memang sangat percaya dengan risa, saya masih dapat merasakan kasihnya, tapi disisi lain tidak semudah itu saya percaya lagi setelah melihat dengan mata kepala sendiri.
"mau kopi?" suara dewi membuat saya menoleh kearahnya yang muncul dari balik pintu..
saya hanya menggangguk, sambil memperhatikan langkah kaki dewi yang berjalan menuju dapur, dia mungkin paham yang saya butuhkan saat ini adalah secangkir kafein,
sekedar merilekskan otaku,
"makasih wi" ucapku sambil menerima cangkir berisi cairan hitam itu...
dewi hanya tersenyum, dia ikut duduk di kursi yang bersebelahan denganku, tatapanya sayu , baru semalam aku melihat binar mata dewi, kini mata itu kembali sayu, dia memandang kearah pagar depan rumahku yang mulai berkarat dimakan musim, hujan yang mengguyur seperti sekarang akan memperpendek umur besi yang tua itu..
dewi menoleh, "diminum zal" ucapnya dengan lembut..
saya :"ya, without milk?"
dewi :"susu cuma akan merusak rasa dari kopi zal,"
saya menggerlingkan kepala, kata2 dewi seperti punya arti lain.
dewi :"what??"dia memainkan tanganya membentuk gesture khas orang bertanya dengan tangan yang dia tengadahkan membentuk sudut 90 derajat.
saya :"you know what i mean" jawabku sambil menyruput kopi yang masih panas itu...
saya mengerutkan dahi sambil menjauhkan bibir saya dari bibir gelas, mungkin baru beberapa mili yang tertelan, saya tertipu dengan aroma wangi yang keluar dari seduhan kopi itu, ternyata kopi buatan dewi sangat pahit.. mungkin dewi melupakan gula.
saya :"kamu lupa sama gulanya?"tanyaku sambil berdiri untuk kedapur dan menambahkan gula untuk kopi ini,
dewi memegang pergelangan tanganku, "biar aku aja zal"dia membuatku terduduk kembali sementara dia dengan langkah cepat menuju dapur sambi membawasecangkir kopi itu.
saya :"nahhh ini lebih enak, gak pait banget kayak tadi"kataku kepada dewi setelah saya mengicipi kopi yang sudah ditambah gula olehnya..
dewi :"enakan yang mana zal?, maksudku kopinya enak yang tanpa gula tadi atau yang uda pake gula?"
saya :"enak yang uda di kasi gula lah,kopi gak pake gula ya puaitt wi"
dewi :"yaa.. padahal sama aja lho zal"
dewi memang sangat pandai membuat tanda tanya di kepalaku,dia sering membuat analogi yang tidak terduga.
saya :"maksudmu?"
dewi :"seberapapun gula yang kamu tambah, yang namanya kopi ya tetap pahit"
saya tersenyum mendengar perkataan dewi,kalian tau maksudnya? silahkan cari tau sendiri..
saya menunduk sambil memainkan sendok yang saya celupkan di cangkir kopi itu, membuat gerakan memutar yang menjadikan kopi itu semakin keruh, mirip genangan jelaga.
saya menghela nafas panjang, saya menoleh kearah dewi yang sedang asik membaca majalah lama yang entah terbitan tahun berapa..
saya :"dewii...."
dewi :"iya zal?"
saya :"cinta itu aneh ya?"
dewi menggerlingkan kepalanya,meniru posisi saya saat meminta penjelasan lebih
saya :"yaa kalau cinta itu punya bentuk dan bisa di genggam,kamu jangan menggenggamnya terlalu kuat,karena dia akan mati, tapi kalau kamu melonggarkan genggamanmu, dia akan lari"
dewitersenyum sambil mengangguk anggukan kepalanya..saya dan dewi seringkali terlibat obrolan dalam hanya dengan kata2 yang sedikit.
dewi :"apapun yang terjadi jangan gegabah, kamu tau kan indraku lebih kuat darimu, aku tau saat seseorang berbohong atau menyembunyikan sesuatu,dan risa bukan seseorang yang seperti itu, dia open personal"
saya cuma menunduk sambil mengiyakan perkataanya, lewat secangkir kopi dewi mengajariku sesuatu hal yang penting.
dewi berdiri dan masuk kedalam rumah...
"kamu sebaiknya juga menjaga perasaan risa, jangan sampe dia salah sangka karena liat aku disini" kata dewi sambil menutup pintu depan.
intuisi dewi rupanya memang lebih tajam dariku, begitu dia menutup pintu sebuah taxi berhenti didepan pagar dan menurunkan seorang yang saya kenal..
"risa"
.

selama satu setengah tahun, inilah pertemuan keduaku setelah di kafe itu, risa dia masih sama saja, tidak.. dia tidak sama,dia bertambah jelita,
saya berdiri di teras dengan perasaan campur aduk, senang tapi terganjal oleh egoku sendiri..
kami sama2 mematung, dia masih di luar pagar yang sengaja tidak kututup. dengan seragam putih khas anak keperawatan dia memandangku dengan ekspresi wajah unik,
dia seperti tersenyum tapi tertahan perasaan lain, mungkin gejolak perasaan kami sama2 tidak menentu, risa membiarkan rintik gerimis menetesi tubuhnya yang masih berdiri kaku...
saya berjalan satu langkah kedepan, diikuti risa yang mulai berjalan dengan kikuk, langkah kakinya pelan, selangkah dua langkah tiga langkah dan seterusnya membuat langkahnya semakin cepat dan bahkan dia bisa dikatakan berlari, saya sendiripun seperti tertarik sebuah dorongan yang tak kasat mata dan ikut berlari menghapiri risa,
brukkk
risa menabraku dan memeluk tubuhku sangat erat,, aneh.. beberapa saat lalu saya benar2 merasa ingin mengakhiri hubunganku dengan risa, tapi begitu saya didepanya saya malah merasa sebaliknyasaya jadi merasa lebih mencintainya melebihi apapun..
risa tidak berkata papun, begitu juga dengan saya,dia cuma diam dan memeluku, wajahnya yang cantik dia tekan ke dadaku. hangat..
perasaan yang muncul adalah hangat, sudah lama sekali tidak menatapnya secara langsung dan sedekat ini, kenapa emosi saya hilang begitu saja?
basah.. adalah hal kedua yang saya rasakan, bukan secara harfiah tapi benar2 basah, rupanya risa menangis, dia memang gampang menagis terbawa suasana..
entah berapa menit risa mendekapku dengan sangat kuat tanpa bicara apapun, saya cuma bisa membalas pelukanya dan mengelus lembut kepalanya...
"masss" itulah kata pertamanya.
pikiranku kosong, saya tidak dapat berfikir jernih untuk membalas ucapanya..
"jangan tinggalin aku mas, kamu salah paham" ucapnya pelan sambil terus terisak.
saya :"aku udah paham kok, dan gakpapa nduk, kalau kamu emang sudah bahagia gapapa"
tubuh risa seperti bergetar, dia sontak mendongakan kepalanya untuk menatapku, terlihat wajahnya yang benar2 basah oleh air mata..
"bisa kita ngobrol??,ada yang mau aku sampein ke mas" pintanya dengan suara yang serak.. apa dia sakit?
saya menurut, saya ingin mendengarkan argumenya, risa selalu bisa membujuku, dari dulu memang saya selalu tidak bisa menolak permintaanya.
saya :"jangan dirumah, kita ketempat lain mau?"
risa mengangguk pelan, dia tidak seperti biasanya, dia menjadi sosok pendiam saat ini.
saya membukakan pintu mobil yang belum saya masukan ke garasi, risa duduk disebelahku di jok depan..mobil keluaran 90an itu melaju pelan..
bisu.. momen yang benar2 bisu dan kikuk dan risa, sungguh baru pertama kali saya alami karena biasanya risa selalu membrondongku dengan apa yang ada di benaknya.
kami sama2 mematung tanpa sepatah kata yang keluar dari mulut kami, entahlah seperti ada perasaan segan..
...
..
saya memarkirkan mobil di bawah sebuah pohon yang ada dipinggir jalan..saya mengajak risa ke taman dekat kompleks rumahnya, di taman ini dulu saya dan risa banyak menghabiskan waktu bersama..
"inget nduk??" tanyaku pada risa sambil menunjuk sebuah hamparan rumput manila yang terlindungi rimbunya pohon cemara udang di sebuah sudut taman itu.
"inget kok, bahkan aku sering kesini mas, tempat ini sebagai saksi pas kamu bilang gak akan ninggalin aku" saya tertegun mendengar jawaban risa..
saya mengajaknya duduk dihamparan rumputitu, sedikit basah karena hujan tapi kami tidak peduli..
saya :"aku memang gak akanninggalin kamu nduk"
risa :"trus??"
saya :"kamu yang udah ninggalin aku"
risa :"............."
saya :"ya, wajar sihh kamu bosan,dan mungkin aku cuama orang lewaat dihidupmu, mungkin aku cuma sekedar fase"
risa :"..........."
saya :"apa kamu masih sayang aku nduk?"
risa mengangguk sambil menatapku, lagi2 dia tidak memberikan argumenya,
saya :"trus kenapa kamu melakukan ini??"
risa kembali menunduk, dia terlihat memikirkan sesuatu,
"mas, anter aku kekampus"
dia tidak menjawab pertanyaanku dan malah mengajukan permintaan..
dia berdiri dari duduknya sambil sedikit membersihkancelananya dari rumput2 yang menempelkarena basah.. biasanya dia akan mengulurkan tanganya untuk mengajaku berdiri, tapi tampaknya itu memang kurang pas untuk situasi sekarang.
risa membuat beberapa pertanyaan keluar diotaku, kenapa dia tampak tidak gugup?, kenapa dia malah tidak membuat alasan?, kenapa dia tidak menjawab pertanyaanku?


=== Cerita Selanjutnya ===
Load disqus comments

0 comments